Singapura adalah Raja Sepakbola ASEAN. Ya,
itu adalah perkataan dari beberapa pandit sepakbola setelah Singapura
menjadi juara Piala AFF 2012. Gelar itu menjadi gelar mereka yang ke-4
atau yang terbanyak di jajaran negara ASEAN. Usut punya usut,ternyata
semua kesuksesan Singapura itu berawal dari program pengembangan yang
diprakarsai Chris Chan.
Pada tahun 1997, Chris yang kala itu menjabat
sebagai CEO dari Liga Sepakbola Singapura mencetuskan program Goal
2010. Singkat kata program ini bertujuan untuk meloloskan Singapura ke
Piala Dunia 2010.
Karena Singapura tidak memiliki sumber daya
manusia yang mencukupi, mereka pun mengambil pemain dari luar. Tujuan
utama dari Liga Sepakbola Singapura atau S-League adalah untuk menjaring
pemain-pemain yang potensial dari luar negeri.
S-League pun mengutamakan pemain dari Afrika
maupun Eropa belahan timur yang memiliki penghasilan tidak terlalu besar
dan mau digaji maksimal sekitar 25 juta rupiah per bulan.
Semua pemain ini akan ditawarkan menjadi
warga negara Singapura setelah lima tahun bermain di Singapura,tentu
saja pemain yang ditawari menjadi warga negara Singapura adalah pemain
yang dianggap meiliki potensi. Selain itu pada saat yang bersamaan
S-League juga mengembangkan pelatih dan pemain muda lainya untuk membina
dan dibina.
Hasilanya dapat kita ketahui sekarang ini.
Singapura menjadi raja ASEAN dengan pemain naturalisasinya sesuai
dengan rencana mereka di awal. Itimi Dickson dan Agu Casmir adalah
contoh pemain naturalisasi dari benua Afrika. Untuk benua Eropa Timur
muncul nama Mustafic Fachrudin serta Alexander Duric. Tidak lupa adanya
sosok Daniel Bennet dari Inggris dan Sho Jiayi dari China. Sebagai
tambahan, Daniel Bennet berkata bahwa ia kini merasa wajib menjadi
mentor untuk para pemain muda yang akan menjadi penerusnya di timnas.
Program Goal 2010 mungkin gagal membawa
Singapura lolos ke Piala Dunia 2010, tetapi rencanan mereka tidak pernah
dirombak sejak awal mula dicanangkan. Singapura dari tahun 1997 tetap
menggunakan program yang sama, bukan tidak mungkin suatu saat mereka
akan lolos ke Piala Dunia.
Kisah Singapura ini menunjukan satu hal,
bahwa perencanaan matang dan konsistensi program pasti akan membuahkan
hasil. Semoga saja hal ini menjadi pembelajaran bagi pihak-pihak
pengurus sepakbola Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar